Pandemi#2 - Daring di Tempat Luring


Siapa sangka, tiba-tiba ada pemberitahuan bahwa kami diwajibkan untuk mengikuti perkuliahan luring di Kampus ITB Jatinangor.

Setelah hampir 2 semester mengambil keputusan untuk melanjutkan program fastrack yang diikuti secara online, kali ini kami harus berkemas untuk bertemu kelas tatap muka. Dengan berbagai pertimbangan, mau tidak mau kuputuskan untuk berangkat.

Sesaat sebelum kereta sampai di Stasiun Bandung, tengah malam, kucoba menghubungi Fadhil. "Dhil, gw boleh numpang di kosan lu nggak?", seperti gelandangan yang tidak ada tempat tinggal. Thank you, Dhil, sudah berkorban banyak saat petualangan luring di Jatinangor. Dari berbagi tempat, makan, bonceng motoran untuk ikut tes PCR yang hasilnya keluar tiga hari setelahnya. Sempat juga mampir dan bermalam di kosan Farchan yang ketika sampai dia sedang sibuk bimbingan tugas akhir di depan layar.

Semuanya baik-baik saja dan biasa, sampai hari jumat siang tiba :") 

Ini adalah pertama kalinya aku masuk ke dalam Kampus ITB Jatinangor. Tidak seperti di Ganesha, karena luasnya Kampus Jatinangor, mahasiswa diperbolehkan untuk membawa masuk motornya dan parkir di tempat terdekat dengan gedung kuliahnya. Asrama mahasiswa pun bahkan berada di dalam kampus, tepatnya di bagian belakang. 

Makasih juga buat Agus, Yusron, Jayus, yang sudah menyelamatkanku dari keheningan di dalam :") Ternyata lokasi asrama sangat-sangat jauh dari Masjid Al-Jabbar. Ternyata asrama yang bertingkat-tingkat ini tidak berpenghuni. Seperti yang aku sampaikan padamu, Jayus, salah satu hal yang kusesali selama di kampus adalah aku tidak pernah tinggal di asrama, terutama asrama masjid. Penerimaan kalian saat itu membuatku benar-benar merasakan atmosfer bagaimana seseorang tinggal di tempat yang belum sempat kucicipi. Apalagi, saat itu tepat dengan bulan Romadhon.

Banyak hal-hal lain yang sebaiknya tidak diceritakan dalam tulisan ini. Pengalaman berkesan yang terniang selama hampir 3 minggu dalam perjuangan 'kuliah luring' ini :"))

Dari kegelapan ini, kupaksa diri untuk mencoba menulis draft tugas akhir sarjana secara perlahan. Sepanjang hidup, baru kali ini merasakan waktu dan tempat yang benar-benar sepi.

Satu dari banyak menu sahur dan berbuka

Hanya ada 3 orang di gedung ini

Lingkungan yang sangat diidam-idamkan sejak dulu


Comments

Popular Posts