Opi, Sahabat dan Adik Kecilku
Tak kusangka akan mengawali tahun ini dengan kepergianmu.
___
Sepulang shift siang, aku bersiap pulang. Setelah berkelebat dengan pekerjaan yg cukup melelahkan. Kurekatkan jaket, sarung tangan dan masker, bersiap menempuh jalan malam yg sepi lengang. Hujan tidak hujan, jalan malam selalu dingin. Angin berhembus. Menyusuri kalimalang yang minim penerangan jalan. Sesampainya di depan rumah, pintu gerbang tertutup, lampu dalam padam. Sekitar pukul 23.00, kombinasi datangnya suara motor khas rumah dan pintu gerbang dibuka, ia hapal betul dengan itu. Kulepas helm dan masker. Tiba-tiba, ia datang, dan rasa lelahku hari ini seolah hilang, ia menyambutku datang tanpa suara apapun. "Opi... kenapa kamu belum tidur? Atau kamu terbangun? Kenapa kamu di luar? Ayo masuk istirahat.", ucapku sambil mengelus-elus lembut badannya yang sudah naik ke motor dan mencakar-cakar joknya. Kubuka pintu, ia pun mengikuti. Tak jarang kami pun tidur dan beristirahat bersama hingga pagi tiba. Tapi, Opi selalu bangun lebih pagi. Sebelum subuh, terkadang ia mendekati kepalaku saat masih tertidur. Aku pun terbangun olehnya.
___
Sepulang shift malam, aku bersiap pulang. Setelah berkelebat dengan pekerjaan, sambil menahan-nahan kantuk meskipun sudah disempatkan tidur sebentar. Rasanya ingin segera berbaring di kamar. Namun perjalanan pulang masih panjang, mata yg tidak kuat harus dikuat-kuatkan selagi masih di jalan. Sekitar pukul 8.00, aku tiba di depan rumah. Mendengar suara motor dan pintu gerbang, kulihat ia berlari dari rumah sebelah dan mendekat dengan wajah bangun tidurnya. Kuturun dari motor, ia langsung lompat ke atas motor dan mencakar-cakar joknya. Kuajak bicara ia dengan bahasa manusia seolah ia memahaminya. Sambil mengelus-elus badan besarnya, rambut-rambut di tubuhnya tidak sedikit yg rontok dan menempel di tanganku. Aku masuk ke dalam dan ia pun masuk. "Makan kerupuk dulu ya, Opi. Nanti beli ikannya hari jumat.", ujarku sambil menuangkan pelet kucing ke mangkuknya. Setelah bersih-bersih, aku bersiap tidur. Opi entah bagaimana juga masuk ke kamar dan ikut tertidur. "Emang kamu shift malam juga, Pi?"
Bahkan keesokan paginya saat sedang menjemur beberapa pakaian, tiba-tiba Opi datang. Kali ini ia membawa buah tangan. Ia membawa seekor burung. Entah ia dapatkan dimana, tapi memang sering terlihat ia gemar menangkap atau sekadar diam mengamati hewan-hewan kecil di sekitarnya seperti burung, tikus, kecoa, atau pertarungan antara serangga ijo-kecoa. "Opi, kamu bawa oleh-oleh darimana?", seperti biasa yg gayanya malu-malu. Sudah kucing, perempuan lagi, tambah-tambah deh malu-malunya. Sambil direkam kamera, seolah sadar kalau ada kamera, yg tadinya diam, langsung memainkan aksinya melempar dan memainkan burung tangkapannya.
____
Akhir pekan idealnya adalah jeda. Waktu untuk bersih-bersih. Entah itu kamar, motor, atau apapun yg layak dibersihkan. Opi yg sering ikut-ikutan juga akhirnya ikut bersih-bersih. Sempat ikut mencuci motor. Meskipun hanya melihat, tapi ia lihat dari awal sampai akhir. Waktu beres-beres kamar, banyak kecoa yg keluar, bahkan terbang. Opi ikut membantu, bedanya tidak dengan sapu, tapi langsung dengan kelincahan kaki-tangannya.
___
Opi, bagaimana kabarmu sekarang? Udah gak sakit lagi kan? Mengapa kamu pergi begitu cepat dan tiba-tiba?
Masih banyak rasa sesal yg tinggal. Seperti membohongi diri sendiri, yang katanya sayang, yang katanya cinta, tapi banyak abai tak peduli. Mungkin kemarin-kemarin Opi sering mendekat sedekat itu karena ingin menunjukkan sesuatu. Bahkan sudah tau apa yang dia tunjukkan, tapi entah mengapa selalu merasa bahwa itu wajar dan biasa, "Opi memang seperti itu." Apanya yg memang seperti itu???
Tidak ada yg tertinggal selain luka sesal sebab kau lebih dulu pergi, Opi. Sering ku berdoa sambil berbicara langsung padamu supaya engkau panjang umur dan sehat agar bisa menemani perjalananku... namun ternyata hanya doa yang kuucap. Tidak dibuktikan dengan kepekaan dan sikap nyata...
Mengira sudah memperlakukan yg terbaik untuknya, padahal apa...
{ قُلۡ هَلۡ نُنَبِّئُكُم بِٱلۡأَخۡسَرِينَ أَعۡمَٰلًا }
Katakanlah (Muhammad), “Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya?”
{ ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعۡيُهُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَهُمۡ يَحۡسَبُونَ أَنَّهُمۡ يُحۡسِنُونَ صُنۡعًا }
(Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya.
___
Kata sahabatku, kita bisa bertemu dengan hewan kesayangan kita di dunia. Jika Allah kehendaki, semoga bisa juga memberikan syafaat. Aku mencintai Opi karena ia banyak memberiku dampak kebaikan, menjadi salah satu sebab penyembuh, dan mengingatkanku untuk kembali ke jalan yang seharusnya.
Opi, aku tau kau mengingat raut wajahku. Semoga kita kembali bertemu di tempat yang baik.
Opi berpulang,
Rabu, 11 Januari 2023
Comments
Post a Comment