Tepi#3 - Belajar dan Membaca
Hari ini, 13 Juni 2021, tepat satu hari sebelum pengumuman seleksi UTBK. Jadi teringat waktu dulu. Waktu lagi tegang-tengangnya menunggu hasil jerih payah selama berbulan-bulan belajar siang-malam. Salah satu hasil yang menentukan apa yang bakal dilakukan dalam waktu lima sampai sepuluh tahun berikutnya. Waktu itu, saya benar-benar menjadi tak peduli apapun, apatis – padahal memang sudah apatis. Rasanya mirip-mirip sama mahasiswa tingkat akhir yang lagi diujung masa tuanya – meskipun gak seberapa. Ketemu orang males. Jalan-jalan? Mending di rumah aja dah. Nanti kalo lagi menikmati indahnya alam, menatap langit dan kehijauan, tiba-tiba kebayang almamater kampus idaman, haduh.
Jum’at, 11 Juni 2021 jadi
jadwal PAT kelas 3 terakhir – kalo dulu UAS namanya. Bu Lulu, wali kelas 3A,
bilang kalau bagi rapot akan dilakukan tanggal 25 Juni. Dua minggu setelah PAT
selesai. “Anak-anak, besok kita masih masuk ya. Tapi tidak ada PAT lagi. Yang
pagi datang jam 09.00 WIB, sesi siang jam 10.00 WIB.”, Bu Lulu mengingatkan.
Normalnya, saya mendampingi
kelas 3A dan 3B secara bergantian dalam pelaksanaan PAT. Hari pertama, saya
mendampingi kelas 3A, besoknya di kelas 3B. Dari mendampingi pelaksaan PAT dua
hari itu, tergambar sudah bagaimana kondisi anak-anak di kedua kelas. Bener
seperti yang diceritain Bu Iis dulu, memang kondisinya begitu. “Assalamu’alaikum
Bu Iis, hari ini saya ke kelas Ibu aja atau ke kelas Bu Lulu?”, pertanyaan pagi
lewat WA sebelum berangkat. Kata Bu Iis, saya lebih baik ke kelas 3A saja. Kondisi
di sana lebih butuh untuk didampingi. Selain itu, kabarnya Bu Lulu jadi kurang
sehat setelah satu hari mendampingi seorang diri pelaksanaan PAT di kelasnya,
setelah sebelumnya saya ikut menemani. Efek riweuh-nya anak-anak yang
belum lancar membaca. Silahkan coba googlling contoh soal ulangan untuk
siswa kelas 3.
![]() |
Ada yang duduk biasa, lesehan, sampe selonjoran |
Begitulah pelaksanaan ulangan
paling akhir di kelas 3. Meskipun kebanyakan siswa sudah lancar membaca dan
berhitung. Tapi, tidak sedikit juga yang belum bisa. Suatu siang, setelah
pelaksanaan PAT, tersisa seorang siswi seorang diri. Si Nenek selama ini
mengasuhnya dan tinggal bersamanya. Orangtuanya sudah tak lagi bersama. “Nak, nanti kalau kamu nggak naik kelas, nggak papa ya. Nanti kamu tetep
belajar lagi. Ketemu sama Ibu lagi, ya. Gak papa nanti ketemu temen baru lagi.”,
kata Bu Lulu ke siswi itu di depan Nenek. “Begitu, Bu, katanya dia, udah ah
Nek, kalau aku nanti gak naik kelas, aku gak usah sekolah lagi aja, aku
mau berhenti sekolah. Dia bilang gitu, Bu sama saya.”, kata si Nenek. “Emang
susah banget pahamnya Bu dia, padahal udah berapa bulan tuh di ikutin les
membaca. Tapi tetep belum bisa baca sampe selesai les.” Saya mengamati wajah
polos si bocah, entah paham entah tidak dengan pembahasan si Nenek dengan
gurunya. Tersenyum-senyum gitu, mungkin merasa kurang nyaman jadi meninggalkan
pembicaraan dan membeli jajanan di rumah tempat pelaksanaan PAT ini, rumahnya
Danu.
Salah satu program yang disarankan teman-teman mahasiswa adalah program literasi digital. Macam-macam bentuk pelaksanaan di masing-masing kelas. Kalau kelas 3 ke atas, siswa diberikan bacaan buku kumpulan cerita. Setelah itu, mereka mengumpulkan hasil rangkuman membaca dalam sebuah tulisan dan di kirimkan lewat WA. Sedangkan untuk kelas 3 ke bawah, dilaksanakan lomba calistung secara luring di salah satu rumah siswa. Kalau di kelas 3 sendiri, saya memberikan cerita pendek setiap hari sabtu lewat grup WA, nanti siswa bisa menceritakan kembali hasil bacaannya atau membacakannya. Kalau sudah, mereka mengirimkan rekaman suaranya di grup kelas. Dibandingkan kelas yang lain, alhamdulillaah partisipasinya sudah cukup banyak meskipun mungkin hanya setengah jumlah siswa. Awalnya sih merasa, harusnya bisa lebih banyak, tapi di akhir ini, setelah mengikuti dan mendampingi pelaksaan PAT, baru saya paham dan saya maklumi.
Kalau dulu namanya SBMPTN. Tepat
saat membuka pengumuman, saya mengurung diri dari siang hingga petang di dalam
kamar. Bercampur aduk perasaan cemas dan tegang. Dengan rasa bingung dan tidak
percaya, terlihat warna hijau tanda diterima, Allah menunjukkan jalan saya di Kampus Ganesha, alhamdulillaah.
Memang hasil sama sekali tidak kelihatan saat kita masih berproses,
belajar, dan berusaha untuk mendapatkan yang terbaik. Kalau dipikir, memang
sebenarnya tugas kita adalah berusaha semaksimal dan semampu yang kita bisa,
udah itu aja. Masalah hasil, itu bukan urusan kita. Saya pikir, tugas kita
bukanlah menjadi seorang yang berhasil. Tugas kita adalah berusaha. Selama
usaha yang kita lakukan adalah yang terbaik, insyaaAllaah Allaah Maha Tau
apa yang terbaik buat kita. Kalau saat ini, masih belum berhasil, mungkin
sekali lagi, mungkin dua kali.
Untuk adik-adik kelas 3 SDN Sriamur 03, khususnya untuk diri saya sendiri, tetap semangat dan berusaha ya. Semoga Allaah selalu memudahkan kita dalam proses belajar, dimanapun dan kapanpun :’)
![]() |
Obrolan di akhir ulangan |
Comments
Post a Comment