Timur#1 - Berangkat
Perjalanan dimulai. Manakah yang lebih berat dalam melangkah? Mengawalinya atau menjalaninya? Dalam perjalanan awal ini, aku seperti lupa dengan semua hal. Tujuan, impian, dan harapan. Rasanya hampa. Entah kenapa.
![]() |
Matahari Neglawangi yang diselimuti kabut |
Pagi itu, senyuman mentari pagi tertutup awan mendung menyisakan redupnya pagi. Rintik hujan membasahi dedaunan. Dinginnya pagi sampai masuk ke dalam bak penampungan air. Membuat siapapun yang menyentuhnya akan sontak terbangun dari rasa kantuknya. Adzan subuh pagi itu membangunkanku, meskipun dinginnya hawa di luar yang masuk melalui jendela kamar kosan merupakan paduan yang pas untuk semakin merapatkan selimut.
Pagi itu, dompetku sempat tertinggal di kamar kos yang membuatku harus kehilangan 30 ribu ongkos ojek untuk bolak-balik yang seharusnya bisa disimpan untuk makan nanti. Nasi uduk dan teh hangat menemani dan menopang keberangkatan kami pagi ini. Berkumpul di sekber, menimbang carrier, menunggu teman-teman yang lainnya datang sambil memberikan sedikit hadiah ala-ala stick notes yang tidak sedikit dan murah harganya.
![]() |
Foto pelepasan katanya |
Alhamdulillah kami sampai di Kiaracondong sampai sempat berfoto dan berbincang cukup dengan teman-teman yang melepas kami. Meskipun malam harinya, beberapa dari kami tidak benar-benar sehat. Malam itu, kami mengantarnya untuk periksa kondisi tubuhnya yang demam ke klinik di sekitar kampus. Alhamdulillah lagi, semua sehat dan siap berangkat di pagi harinya. Kak Yeriko, Kak Novan, Farhan, Rizqi, Randra, Iif, Titin, temannya Aul, dan temannya Oji menemani, mengantar, dan melepas kami di Stasiun Kiaracondong. Kereta kami berangkat pukul 10.15 pagi, Kereta Pasundan tujuan Stasiun Wonokromo.
Ternyata, tempat duduk kami berempat saling membelakangi berpasangan. Sampai akhirnya, seorang ibu dan anaknya mau untuk ditukar tempat duduknya sehingga kami duduk berempat saling berhadapan. Sebelumnya, kami sempat membahas isi dan materi untuk nanti, untuk pertama kali, yap pertama kalinya kami membahas ini secara bersama.
Butiran hujan mengalir dan membekas di jendela kereta. Pepohonan, sawah, sungai, ditemani kabut-kabut putih memenuhi pemandangan di luar sana. Suhu semakin dingin.
Aku lebih banyak diam, tak sadar ternyata Farhan melihat tanganku bergetar memegang KTP untuk masuk ke dalam stasiun. Hingga sedikit demi sedikit kudapatkan kembali ingatan-ingatan yang menguatkan tekad dan keberangkatan ini. Anak SMA, susu beruang, dan setiap lembaran-lembaran pesan yang baru kubaca beberapa jam setelah keberangkatan kereta. Senang bisa saling melepaskan pagi itu di hari pelepasan kami. Ternyata hal kecil yang kita lakukan terkadang bisa sangat bermakna untuk orang lain. Aku mulai sedikit menemukan dan merasakannya!
![]() |
Gerbong paling belakang. Indah juga ya liat ke belakang, tapi kalo kelamaan puyeng juga |
Comments
Post a Comment